Monday, September 12, 2016

TARI LEGONG KERATON YANG MENDUNIA

Tari Legong Keraton memang tak habis-habisnya menggugah perhatian. Tari Legong Keraton yang indah itu, dikenal di seluruh penjuru dunia karena memiliki riwayat yang panjang. Tari Legong Keraton dalam riwayatnya memang terus berproses. Tari Legong Keraton masuk dalam golongan tari klasik Bali yang paling populer di Bali. Tarian ini sangat kompleks atau rumit, diiringi gamelan yang harus match dengan gerakan penari Legong ini.

Asal Usul Tari Legong Keraton

Kata Legong berasal dari leg yang berarti sebuah gerak tari yang luwes, dan gong yang artinya gamelan. Tari legong boleh dikata tarian klasik bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang kompleks, terikat struktur tubuh pengiring.
Legong ini erat kaitannya dengan gambuh, gerak tari legong terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.

Sejarah Tari Legong Keraton

Tarian Legong mula-mula dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua
Menurut Babad Dalem Sukawati, tari Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M. Ketika beliau melakukan tapa di Pura Jogan Agung desa Ketewel ( wilayah Sukawati ), beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di surga. Mereka menari dengan menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari emas.

Ketika beliau sadar dari semedinya, segera memerintahkan Bendesa Ketewel untuk membuat beberapa topeng yang wajahnya tampak dalam mimpi ketika melakukan semedi di Pura Jogan Agung dan memerintahkan pula agar membuatkan tarian yang mirip dengan mimpinya. Akhirnya Bendesa Ketewel pun mampu menyelesaikan sembilan topeng sakral sesuai permintaan I Dewa Agung Made Karna. Pertunjukan tari Sang Hyang Legong pun dapat dipentaskan di Pura Jogan Agung oleh dua orang penari perempuan.

Tak lama setelah Tari Sang Hyang Legong tercipta, sebuah grup pertunjukan tari Nandir dari Blahbatuh yang dipimpin I Gusti Ngurah Jelantik melakukan sebuah pementasan yang disaksikan Raja I Dewa Agung Manggis, Raja Gianyar kala itu. Beliau sangat tertarik dengan tarian yang memiliki gaya yang mirip dengan tari Sang Hyang Legong ini, seraya menitahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata kembali dengan mempergunakan dua orang penari wanita sebagai penarinya. Sejak itulah tercipta tari Legong klasik yang kita saksikan sekarang ini.

Penari Tari Legong Keraton

Penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum akil-baliq alias mendapat belum menstruasi, Para penari legong menari di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari inilah yang disebut legong. Mereka selalu dilengkapi kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tarian, legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.

Popularitas Tari Legong Keraton

Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
Legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi lantas dimulai 1960-an. Jenis Tariannya juga berkembang dari waktu ke waktu menurut sejarahnya. Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti di Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng, Peliatan), Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan Tabanan (Tista). Jenis Tari Legong yang sudah berkembang seperti Tari Leong Lasem/ Keraton, Legong Jobog, Legong Legod Bawa, Legog Kuntul, Legong Palayon, Legong candra Kanta, Legong Kupu Tarum.....

Jika Ada yang berminat untuk memiliki sebuah patung Legong Keraton yang masyur ini dengan kualitas tinggi, layaknya Tarian surga ini, silakan kunjungi link ini => Patung Legong Keraton

Dikumpulkan dari berbagai sumber.

by: I Kadek Sukadana

No comments:

Post a Comment